Six Sigma
Pengertian
Six Sigma merupakan konsep statistik yang mengukur suatu proses yang berkaitan dengan cacat (Bruce, 2002) kinerja sebuah proses atau sebuah produk, yang tujuannya nyaris mencapai sempurna untuk perbaikan/peningkatan kinerja (Pande & Larry Holpp) dengan sebuah sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, mempertahankan, dan memaksimalkan sukses bisnis (Pande, Neuman & Cavanagh, 2000).
Six Sigma mengedepankan pelanggan dan menggunakan fakta serta data untuk mendapatkan solusi-solusi yang lebih baik. Adapun bidang usaha yang menjadi target usaha Six Sigma adalah: Meningkatkan kepuasan pelanggan , Mengurangi waktu siklus dan Mengurangi defect (cacat).
Metode Six Sigma dirancang untuk membantu menghilangkan cacat dan selalu menghasilkan produk dan jasa yang memenuhi spesifikasi pelanggan. Adapun tujuan metode Six Sigma adalah menghubungkan proses-proses internal dan sistem manajemen dengan tuntutan konsumen menggunakan pendekatan ilmiah pada manajemen, yang didasarkan sepenuhnya pada data. Sehingga mendorong organisasi agar lebih ilmiah dalam pengambilan keputusan dengan mendasarkannya pada data terukur.
Metodologi Six Sigma menggunakan alat statistik untuk mengidentifikasi beberapa faktor vital. Faktor-faktor yang paling menentukan untuk memperbaiki kualitas dan menghasilkan keuntungan yaitu dengan menggunakan metode DMAIC.
Manfaat Six Sigma
Beberapa manfaat yang menarik perusahaan-perusahaan kepada Six Sigma, antara lain:
* Menghasilkan sukses berkelanjutan
* Mengatur tujuan kinerja bagi setiap orang
* Memperkuat nilai kepada pelanggan
* Mempercepat tingkat perbaikan
* Mempromosikan pembelajaran dan “cross-pollination”
* Meningkatkan profit
* Melakukan perbaikan proses
* Melakukan perbaikan pada produk dan layanan
* Memperbaiki metodologi desain proses
* Meningkatkan skill karyawan dalam memperbaiki proses
Sedangkan manfaat Six Sigma bagi pelanggan adalah produk atau pelayanan bermutu tinggi dan biaya yang murah sehingga harga dari produk atau jasa akan murah.
Langkah-langkah Pengimplementasian Six Sigma
Meliputi 5 aktivitas/fase yaitu: Define (D), Measure (M), Anayze (A), Improve (I) dan Control (C), yang lebih dikenal dengan DMAIC. Metodologi DMAIC (Bruce,2002) digunakan untuk menentukan akar masalah dan mengimplementasikan penyebab-penyebab kecacatan. Seperti model-model perbaikan lainnya, metodologi DMAIC juga didasarkan pada siklus orisinil PDCA. Berikut penjelasan tentang istilah DMAIC sebagai berikut:
Define (Tentukan); mendefinisikan masalah atau kemungkinan terjadinya sebuah masalah, pada sebuah proses atau prosedur yang mempengaruhi kepuasan konsumen. Dalam fase ini menjelaskan tentang pengurangan produk cacat. Selain itu juga menetapkan tujuan-tujuan proyek dan apa yang harus diserahkan kepada konsumen.
Measure (Ukur); tindakan mendefinisikan dan mengidentifikasikan key measurements dan mengumpulkan data pada proses perakitan, dan menyediakan sebuah kesimpulan untuk sebuah evaluasi yang dilakukan untuk beberapa karakteristik yang didasarkan pada pengumpulan data observasi.
Analyze (Analisa); tindakan dimana proses, prosedur, atau jasa secara detail diperiksa untuk peluang proses perbaikan.
Improve (Tingkatkan); sebuah segmen yang mendefinisikan bahwa solusi dan ide diterapkan sesuai dengan peraturan yang ada. Fase ini juga berarti memperbaiki proses dengan melawan akar penyebab permasalahan.
Control (Kendalikan); menentukan kemampuan untuk mengendalikan beberapa faktor vital, menetapkan toleransi pengoperasian, dan mengesahkan pengukuran. Pada dasarnya, Control merupakan mekanisme mengontrol proses perbaikan untuk mendapatkan manfaat (keuntungan).
Alat-alat bantu dalam penerapan konsep Six Sigma
Beberapa alat bantu yang digunakan perusahaan dalam penerapan konsep Six Sigma diantaranya ialah: Pareto Chart, Fishbone Diagram (Diagram Sebab-Akibat), Brainstorming dan Check Sheet. Pareto Chart (Diagram Pareto), adalah diagram yang dapat menunjukkan probabilitas besarnya cacat untuk setiap jenis cacat yang diamati. Sehingga dapat diidentifikasi jenis kecacatan utamanya, untuk kemudian dilakukan perbaikan. Alat ini merupakan metode untuk menentukan masalah mana yang harus diutamakan untuk diselesaikan. Pareto Chart mendasarkan keputusannya pada data kuantitatif, dengan menggunakan prinsip 80:20, artinya 80% peningkatan dapat dicapai dengan memecahkan 20% masalah terpenting yang dihadapi. Fishbone Diagram (Diagram Sebab-Akibat), merupakan suatu diagram yang dapat menunjukkan penyebab-penyebab dari kecacatan utama yang terjadi. Penyebab tersebut biasanya ditinjau dari faktor-faktor sebagai berikut: man, machine, material, method,measurement dan enviroment. Dengan demikian dapat diketahui apakah faktor-faktor tersebut merupakan penyebab kecacatan atau tidak. Fishbone Diagram terdiri dari dua bagian yaitu: Kepala Ikan (Akibat): Bagian ini berada di sebelah kanan, yang memuat persoalan (kecacatan/hasil kerja), yaitu akibat yang terjadi. Tulang Ikan (Penyebab): Duri-duri tulang ikan menggambarkan penyebab yang banyaknya sesuai dengan penyebab yang ditemukan. Setiap ujung dari tulang ikan akan berupa anak panah yang menunjukkan ke kepala ikan dimana hal ini akan menjelaskan bahwa faktor penyebab berhubungan dengan akibat. Adapun fungsi dasar dari Fishbone Diagram adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifikasi dan kemudian memisahkan akar penyebabnya. Macam-macam diagram ini diantaranya: Standar Fishbone: mengidentifikasi penyebab yang mungkin dari suatu masalah yang tidak diinginkan dan bersifat spesifik. Diagram Fishbone terbalik: mengidentifikasi tindakan yang harus dilakukan untuk menghasilkan efek atau hasil yang diinginkan. Brainstorming (Sumbang Saran), merupakan cara yang efektif untuk mengumpulkan ide atau pendapat dengan partisipasi seluruhpeserta yang terlibat. Sehingga peserta menjalani pola berpikir kreatif. Metode ini berfungsi sebagai sarana yang efektif dalam menemukan persoalan-persoalan yang dihadapi dan juga mengetahui penyebab-penyebab yang mendominasi. Check Sheet (tally sheet), adalah cara yang sistematik untuk mengumpulkan dan mengecek data, baik dari data masa lalu maupun data yang diperoleh dari hasil pengamatan saat ini. Sedangkan, informasi yang diperoleh dapat menyatakan pola atau trend yang tejadi. Check Sheet merupakan bentuk yang sederhana, yang dirancang untuk memungkinkan penggunanya mencatat data khusus dan dapat diobservasi mengenai satu atau beberapa variabel.
Daftar Pustaka
http://www.digilib.petra.ac.id,2004, Six Sigma (Chapter-2), diakses 10 September 2009
Pande, Peter S., Robert P. Neuman & Roland R. Caavanagh, 2002, The Six Sigma Way (edisi Bahasa Indonesia), Penerbit ANDI:Yogyakarta.